ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “I” DENGAN POST-OPERASI SINUSITIS
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Disusun oleh :
Aprianto Guntur Irawan
02.12.009
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu penyakit pada saluran pernapasan atas adalah penyakit sinusitis. Hal ini
disebabkan oleh tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung yang
menyebabkan terjadinya sinusitis dan mempunyai proporsi yang tinggi dalam
infeksi saluran pernapasan atas. Namun jika ostium kedalam saluran nasal
bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase
tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang
mengalami hipertropi, taji, atau polip, maka sinusitis akan menetap sebagai
pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa akut
(Smeltzer, 2001).
Menurut
Budisantoso, (2009) sinusitis jika tidak ditangani dengan baik maka akan
mengalami komplikasi seperti infeksi pada otak, infeksi bola mata, infeksi
tulang disekitar sinus, radang tenggorok yang sering kambuh, radang amandel,
radang pita suara, sesak napas, dan gangguan pencernaan. Hal demikian akan
berefek pada produktivitas penderita, kecacatan dan juga memerlukan biaya yang
besar.
Rinosinusitis
atau lebih populer dengan nama sinusitis mempunyai prevalensi yang meningkat di
era millenium dan menjadi masalah kesehatan penting di hampir semua negara.
Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10 penyakit termahal karena
membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.
Sementara dari 30 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat, 16 %
diantaranya didapati menderita sinusitis akut bakterial pertahun dan 14,7 %
menderita sinusitis kronik. Prevaklensi sinusitis akut di Indonesia cukup
tinggi dan cenderung meningkat. Hasil penelitian tahun 1998 dari sub bagian
Rinologi Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50
persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun 2004, penelitian yang dilakukan
bagian THT FKUI-RSCM bekerja sama dengan ilmu kesehatan anak, menjumpai
prevalensi sinusitis akut pada penderita infeksi (Supriatno, 2009)
B.
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi sinusitis melalui proses keperawatan
yang komprehensif dalam bentuk karya tulis ilmiah..
- Tujuan
Khusus
a. Dapat melaksanakan
pengkajian keperawatan secara konfrehensif pada pasien Ny “I” dengan post
operasi sinusitis di Ruang OK Rumah
Sakit Muhammadiyah palembang
c. Dapat menyusun
perencanaan keperawatan pada pasien Ny “I” dengan post
operasi sinusitis di Ruang OK Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
d. Dapat melaksanakan
tindakan keperawatan pada pasien Ny “ I” dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
e. Dapat mengevaluasi
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien Ny “ I” dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f. Dapat
mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilaksanakan.
C.
Metode Penulisan.
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan metode penulisan
deskriptif (studi kasus) yaitu suatu metode penulisan dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan masalah yang didapatkan pada saat memberikan perawatan,
dilakukan dengan cara :
1. Studi kepustakaan
: yaitu suatu usaha untuk mencari dan memadukan data, materi, teori dan
pendapat-pendapat para ahli yang diperoleh dari buku-buku, majalah, jurnal,
diktat dan tulisan yang bersifat ilmiah.
2. Studi lapangan :
yaitu penulis secara langsung mengamati, mempelajari dan memberikan asuhan
keperawatan pada klien Post Operasi Sinusitis dengan teknik pengumpulkan data
dengan cara :
a. Wawancara : baik
langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari klien, keluarga dan tim
kesehatan.
b. Observasi :
pengamatan keadaan dan perkembangan klien selama perawatan yang dilakukan
secara subjektif dan objektif.
c. Pemeriksaan fisik
: melakukan pemeriksaan dari kepala hingga kaki (head to toe) dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
d. Dokumentasi :
mempelajari data dari hasil dokumentasi medis perawatan, laporan jaga, hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang serta hal-hal lain yang didokumentasikan
tentang pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Sinusitis akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu
sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit
yang terjadi di daerah sinus. Sinusitis adalah merupakan
penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang
terhubung dengan hidung.
Fungsi dari
rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga
pertukaran udara di daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis
yaitu :
1. Sinus Frontal, terletak dibagian tengah
dari masing-masing alis
2. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang
pipi, tepat di sampig hisung
3. Sinus
Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
4. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus
ethmoid dan di belakang mata
Didalam
rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut
dengan cilia. Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi
didalam sinus menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia mendorong lender ini
berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organism yang
mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap
di rongga sinus dan menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi
apabila terjadi peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan
lender terperangkap dirongga sinus dan menadi tempat tumbuhya bekteri.
Sinusitas sendiri dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Ć Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama
2-8 minggu
Ć Sinusitas Kronis : biasanya gejala
dirasakan lebih dari 8 minggu.
B. Anatomi dan fisiologi
Gambar anatomi pada sinus paranasal
Ada empat
pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan
sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke rongga hidung.
Secara
embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan
sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir,
sedangkan sinus frontal berkembang dari dari sinus etmoid anterior pada anak
yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia
8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus
ini umumnya mencapai besar maksila 15-18 tahun.
C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium
sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal
(KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat
yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami
oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan
silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini
menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah
keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang
dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk
dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi
bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut
bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka
keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan
semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu
hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
D. Patoflow
E.
Etiologi (Penyebab)
Sinusitis bisa bersifat akut
(berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8
minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
1. Penyebab sinusitis akut:
a. Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah
suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
b. Infeksi Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa
jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c.
Infeksi jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan
sinusitis akut, Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita
gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan
sejenis reaksi alergi terhadap jamur. Peradangan menahun pada saluran hidung.
Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula
halnya pada penderita rinitis vasomotor.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada
penderita gangguan sistem kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir
(misalnya fibrosis kistik).
2.
Penyebab sinusitis kronis:
a. Asma
b. Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
c. Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.
F.
Manifestasi Klinik
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan
ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki
gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena,
tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Ć Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi
dan sakit kepala.
Ć Sinusitis frontalis menyebabkan
sakit kepala di dahi.
Ć Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta
sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri
bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Ć Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang,
atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala
lainnya adalah:
- tidak enak badan
- demam
- letih, lesu
- batuk, yang mungkin semakin
memburuk pada malam hari
- hidung meler atau hidung
tersumbat.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Rinoskopi anterior :
§
Mukosa merah
§
Mukosa bengkak
§
Mukopus di meatus medius
2.
Rinoskopi postorior
§
Mukopus nasofaring
H.
Penatalaksanaan
- Drainage
- Medical :
- Dekongestan lokal : efedrin
1%(dewasa) ½%(anak)
- Dekongestan oral sedo efedrin 3
X 60 mg
- Surgikal : irigasi sinus
maksilaris.
- Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk
akut) yaitu :
- Ampisilin 4 x 500 mg
- Amoksilin 3 x 500 mg
- Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x
1tablet
- Diksisiklin 100 mg/hari
- Simtomatik
- Prasetamol, metampiron 3 x 500
mg.
- Untuk kronis adalah :
- Cabut geraham atas bila penyebab
dentogen
- Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
- Operasi Cadwell Luc bila
degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
Tujuan
pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi
mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.
Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat
sembuh hanya dengan pemberian obat.Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika
penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat
kelainan anatomi.
Sinusitis
kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat.Prinsip
penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus
dilakukan penanganan terhadap penyebabnya.Cara operasi paling mutakhir terhadap
sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau
BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).
B.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b.
Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan, onset,
frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma.
c.
Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri
tenggorokan.
d.
Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan
perdarahan hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah
menderita sakit gigi geraham
e.
Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
klien yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
f.
Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien
(cemas/sedih), interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
g.
Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan
hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur : selama di
rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri :
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5) Pola sensorik : daya penciuman
klien terganggu karena hidung buntu
akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
h.
Pemeriksaan fisik
1)
Status kesehatan umum :
keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2)
Pemeriksaan fisik data
fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi
sekunder dari peradangan sinus.
b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada
sinus.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus.
d.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder
peradangan sinus.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi)
3. Rencana Keperawatan
a.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder peradangan
sinus.
Tujuan : Bersihan
jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama
hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui mulut.
Intervensi
:
1) Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional :Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2) Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya
: Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
3) Pertahankan posisi lingkungan
minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
Rasional :Pencetus
tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen
atau bibir.
Rasional :Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol pernapasan.
b.
Nyeri berhubungan
dengan peradangan pada luka operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang
dirasakan berkurang atau hilang, klien tidak menyeringai kesakitan
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri klien dengan
Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada
klien serta keluarganya. Rasional : Dengan mengetahui sebab dan
akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi
nyeri.
3) Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi.
Rasional : Dengan tehnik
distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
sehingga nyerinya dapat berkurang.
4)
Observasi tanda tanda
vital dan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum
dan perkembangan kondisi klien.
5)
Kolaborasi untuk
penggunaan analgetik.
Rasional : Dapat
mengurangi nyeri.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria
hasil : Menunjukkan
peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan
perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
yang tepat.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan
saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Untuk
mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.
2) Auskultasi bunyi usus.
Rasional :
Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dan
konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan
cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3) Beri perawatan oral sering, buang
sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa
tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan
dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor
resiko individu dan Klien dapat
tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.
Intervensi :
1)
Kaji kebutuhan tidur
klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan
klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
2)
Ciptakan suasana yang
nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang
3)
Anjurkan klien bernafas
lewat mulut.
Rasional :
Pernafasan tidak terganggu.
4)
Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat.
Rasional
: Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang.
Kriteria
Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat
kecemasan dan pola kopingnya dan klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit
yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kecemasan
klien.
Rasional : menentukan tindakan
berikutnya.
2) Jelaskan atau kuatkan penjelasan
proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan.
3) Diskusikan obat pernapasan, efek
samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien
ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek
samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4)
Diskusikan faktor
individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering, angin,
lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau
meningkatkan iritasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Data pasien
Nama :
Ny “I”
Umur :
52 tahun
Diagnosa medis :
Sinusitis
Tindakan :
Operasi
Ruang :
Ruang bedah
No. Register :
-
Tanggal :
29 april 2013
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat :
Jl.H. Faqih
usman.Ir.Hijriah RT.041. Rw 008
2.
Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan :
IV ( Infus )
Alergi :
Tidak
Penampilan kulit :
Normal
Kondisi emosi :
Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi :
Bersih terkontaminasi
Posisi tangan :
Telentang
Catheter :
Tidak
Disinfeksi :
Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi :
ya
Mesin anastesi :
ya
Mulai ;
12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan :
RL
Tampon :
2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam :
13. 45 WIB
Tanda vital :
TD : 110/ 70 mmHg
RR :
20 x/menit
Temp :
37 C
Puls :
73 x/menit
Keadaan umum :
Sedang
Kesadaran :
Apatis
Pernafasan :
Tidak teratur
Sirkulasi :
Merah muda
Tugor kulit :
tidak
Mukosa mulut :
Kering
Extrimitas :
Hangat
Posisi :
Telentang
Cairan draiin :
Tidak
3.
Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a.
Pasien mengatakan nyeri
pada daerah operasi
b.
Pasien mengatakan susah
bernafas melalui hidung
c.
Susah tidur
Data Objektif
a. Ekspresi wajah meringis
b. Jalan nafas tidak efektif
c. Lemah
d. OS sering terbangun
Riwayat penyyakit
kelluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami atau menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami
penyakit keturunan.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi
paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan
dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi
wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS :
- Klien mengatakan sulit bernafas melalui
hidung
- Klien
mengatakan sesak nafas
DO :
- Klien terlihat
sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
- Pernafasan
terlihat lambat
- Pasien
terlihat tidak nyaman
- RR : 14 x/m
- TD : 110/70
mmHg
- T : 36
- N : 60 x/m
Pembedahan
Anastesi
Pemasangan tampon
Aspirasi
Akumulasi secret
Ketidakefiktifan jalan napas
Keidakefektifan
jalan nafas
2.
DS :
- Klien
mengatakan terasa nyeri pada bagian luka
DO :
- Klien terlihat tidak nyaman, skala nyeri 6
- Klien terlihat
meringis kesakitan
- Ekspresi wajah
meringis
- TD : 110/
70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
P : Pengaruh
hilangnya anastesi
Q : Tajam
R : Hidung
S : 6
T : 5 menit
Pembedahan
Terputusnya inkontinuitas jaringan
Hormon BPH meningkat
Merangsang SSp
Sensasi rasa nyeri
Nyeri : luka
3.
DS :
- Klien
mengatakan susah tidur
- Klien
mengatakan sering terbangun
- Klien mengatakan
hidung buntu
- Klien mengeluh
sesak napas saat tidur
DO :
- Klien sering
terbangun
- Nafas pendek
- RR : 14 x/m
- TD : 110/
70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
Pembedahan
Pemasangan tampon pada hidung
Hidung buntu
Kualitas tidur terganggu
Gangguan rasa
aman dan nyaman istirahat tidur
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “I” DENGAN POST-OPERASI SINUSITIS
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Disusun oleh :
Aprianto Guntur Irawan
02.12.009
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu penyakit pada saluran pernapasan atas adalah penyakit sinusitis. Hal ini
disebabkan oleh tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung yang
menyebabkan terjadinya sinusitis dan mempunyai proporsi yang tinggi dalam
infeksi saluran pernapasan atas. Namun jika ostium kedalam saluran nasal
bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase
tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang
mengalami hipertropi, taji, atau polip, maka sinusitis akan menetap sebagai
pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa akut
(Smeltzer, 2001).
Menurut
Budisantoso, (2009) sinusitis jika tidak ditangani dengan baik maka akan
mengalami komplikasi seperti infeksi pada otak, infeksi bola mata, infeksi
tulang disekitar sinus, radang tenggorok yang sering kambuh, radang amandel,
radang pita suara, sesak napas, dan gangguan pencernaan. Hal demikian akan
berefek pada produktivitas penderita, kecacatan dan juga memerlukan biaya yang
besar.
Rinosinusitis
atau lebih populer dengan nama sinusitis mempunyai prevalensi yang meningkat di
era millenium dan menjadi masalah kesehatan penting di hampir semua negara.
Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10 penyakit termahal karena
membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.
Sementara dari 30 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat, 16 %
diantaranya didapati menderita sinusitis akut bakterial pertahun dan 14,7 %
menderita sinusitis kronik. Prevaklensi sinusitis akut di Indonesia cukup
tinggi dan cenderung meningkat. Hasil penelitian tahun 1998 dari sub bagian
Rinologi Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50
persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun 2004, penelitian yang dilakukan
bagian THT FKUI-RSCM bekerja sama dengan ilmu kesehatan anak, menjumpai
prevalensi sinusitis akut pada penderita infeksi (Supriatno, 2009)
B.
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi sinusitis melalui proses keperawatan
yang komprehensif dalam bentuk karya tulis ilmiah..
- Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan
pengkajian keperawatan secara konfrehensif pada pasien Ny “I” dengan post
operasi sinusitis di Ruang OK Rumah
Sakit Muhammadiyah palembang
c. Dapat menyusun
perencanaan keperawatan pada pasien Ny “I” dengan post
operasi sinusitis di Ruang OK Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
d. Dapat melaksanakan
tindakan keperawatan pada pasien Ny “ I” dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
e. Dapat mengevaluasi
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien Ny “ I” dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f. Dapat
mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilaksanakan.
C.
Metode Penulisan.
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan metode penulisan
deskriptif (studi kasus) yaitu suatu metode penulisan dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan masalah yang didapatkan pada saat memberikan perawatan,
dilakukan dengan cara :
1. Studi kepustakaan
: yaitu suatu usaha untuk mencari dan memadukan data, materi, teori dan
pendapat-pendapat para ahli yang diperoleh dari buku-buku, majalah, jurnal,
diktat dan tulisan yang bersifat ilmiah.
2. Studi lapangan :
yaitu penulis secara langsung mengamati, mempelajari dan memberikan asuhan
keperawatan pada klien Post Operasi Sinusitis dengan teknik pengumpulkan data
dengan cara :
a. Wawancara : baik
langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari klien, keluarga dan tim
kesehatan.
b. Observasi :
pengamatan keadaan dan perkembangan klien selama perawatan yang dilakukan
secara subjektif dan objektif.
c. Pemeriksaan fisik
: melakukan pemeriksaan dari kepala hingga kaki (head to toe) dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
d. Dokumentasi :
mempelajari data dari hasil dokumentasi medis perawatan, laporan jaga, hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang serta hal-hal lain yang didokumentasikan
tentang pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Sinusitis akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu
sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit
yang terjadi di daerah sinus. Sinusitis adalah merupakan
penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang
terhubung dengan hidung.
Fungsi dari
rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga
pertukaran udara di daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis
yaitu :
1. Sinus Frontal, terletak dibagian tengah
dari masing-masing alis
2. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang
pipi, tepat di sampig hisung
3. Sinus
Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
4. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus
ethmoid dan di belakang mata
Didalam
rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut
dengan cilia. Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi
didalam sinus menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia mendorong lender ini
berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organism yang
mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap
di rongga sinus dan menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi
apabila terjadi peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan
lender terperangkap dirongga sinus dan menadi tempat tumbuhya bekteri.
Sinusitas sendiri dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Ć Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama
2-8 minggu
Ć Sinusitas Kronis : biasanya gejala
dirasakan lebih dari 8 minggu.
B. Anatomi dan fisiologi
|
Gambar anatomi pada sinus paranasal
Ada empat
pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan
sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke rongga hidung.
Secara
embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan
sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir,
sedangkan sinus frontal berkembang dari dari sinus etmoid anterior pada anak
yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia
8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus
ini umumnya mencapai besar maksila 15-18 tahun.
C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium
sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal
(KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat
yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami
oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan
silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini
menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah
keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang
dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk
dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi
bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut
bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka
keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan
semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu
hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
D. Patoflow
E.
Etiologi (Penyebab)
Sinusitis bisa bersifat akut
(berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8
minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
1. Penyebab sinusitis akut:
a. Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah
suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
b. Infeksi Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa
jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c.
Infeksi jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan
sinusitis akut, Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita
gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan
sejenis reaksi alergi terhadap jamur. Peradangan menahun pada saluran hidung.
Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula
halnya pada penderita rinitis vasomotor.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada
penderita gangguan sistem kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir
(misalnya fibrosis kistik).
2.
Penyebab sinusitis kronis:
a. Asma
b. Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
c. Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.
F.
Manifestasi Klinik
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan
ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki
gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena,
tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Ć Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi
dan sakit kepala.
Ć Sinusitis frontalis menyebabkan
sakit kepala di dahi.
Ć Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta
sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri
bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Ć Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang,
atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala
lainnya adalah:
- tidak enak badan
- demam
- letih, lesu
- batuk, yang mungkin semakin
memburuk pada malam hari
- hidung meler atau hidung
tersumbat.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Rinoskopi anterior :
§
Mukosa merah
§
Mukosa bengkak
§
Mukopus di meatus medius
2.
Rinoskopi postorior
§
Mukopus nasofaring
H.
Penatalaksanaan
- Drainage
- Medical :
- Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
- Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg
- Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
- Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
- Ampisilin 4 x 500 mg
- Amoksilin 3 x 500 mg
- Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
- Diksisiklin 100 mg/hari
- Simtomatik
- Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
- Untuk kronis adalah :
- Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
- Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
- Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
Tujuan
pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi
mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.
Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat
sembuh hanya dengan pemberian obat.Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika
penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat
kelainan anatomi.
Sinusitis
kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat.Prinsip
penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus
dilakukan penanganan terhadap penyebabnya.Cara operasi paling mutakhir terhadap
sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau
BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).
B.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b.
Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan, onset,
frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma.
c.
Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri
tenggorokan.
d.
Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan
perdarahan hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah
menderita sakit gigi geraham
e.
Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
klien yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
f.
Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien
(cemas/sedih), interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
g.
Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan
hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur : selama di
rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri :
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5) Pola sensorik : daya penciuman
klien terganggu karena hidung buntu
akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
h.
Pemeriksaan fisik
1)
Status kesehatan umum :
keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2)
Pemeriksaan fisik data
fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi
sekunder dari peradangan sinus.
b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada
sinus.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus.
d.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder
peradangan sinus.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi)
3. Rencana Keperawatan
a.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder peradangan
sinus.
Tujuan : Bersihan
jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama
hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui mulut.
Intervensi
:
1) Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional :Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2) Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya
: Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
3) Pertahankan posisi lingkungan
minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
Rasional :Pencetus
tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen
atau bibir.
Rasional :Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol pernapasan.
b.
Nyeri berhubungan
dengan peradangan pada luka operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang
dirasakan berkurang atau hilang, klien tidak menyeringai kesakitan
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri klien dengan
Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada
klien serta keluarganya. Rasional : Dengan mengetahui sebab dan
akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi
nyeri.
3) Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi.
Rasional : Dengan tehnik
distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
sehingga nyerinya dapat berkurang.
4)
Observasi tanda tanda
vital dan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum
dan perkembangan kondisi klien.
5)
Kolaborasi untuk
penggunaan analgetik.
Rasional : Dapat
mengurangi nyeri.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan
sinus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria
hasil : Menunjukkan
peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan
perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
yang tepat.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan
saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Untuk
mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.
2) Auskultasi bunyi usus.
Rasional :
Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dan
konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan
cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3) Beri perawatan oral sering, buang
sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa
tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan
dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor
resiko individu dan Klien dapat
tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.
Intervensi :
1)
Kaji kebutuhan tidur
klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan
klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
2)
Ciptakan suasana yang
nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang
3)
Anjurkan klien bernafas
lewat mulut.
Rasional :
Pernafasan tidak terganggu.
4)
Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat.
Rasional
: Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang.
Kriteria
Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat
kecemasan dan pola kopingnya dan klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit
yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kecemasan
klien.
Rasional : menentukan tindakan
berikutnya.
2) Jelaskan atau kuatkan penjelasan
proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan.
3) Diskusikan obat pernapasan, efek
samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien
ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek
samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4)
Diskusikan faktor
individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering, angin,
lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau
meningkatkan iritasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Data pasien
Nama :
Ny “I”
Umur :
52 tahun
Diagnosa medis :
Sinusitis
Tindakan :
Operasi
Ruang :
Ruang bedah
No. Register :
-
Tanggal :
29 april 2013
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat :
Jl.H. Faqih
usman.Ir.Hijriah RT.041. Rw 008
2.
Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan :
IV ( Infus )
Alergi :
Tidak
Penampilan kulit :
Normal
Kondisi emosi :
Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi :
Bersih terkontaminasi
Posisi tangan :
Telentang
Catheter :
Tidak
Disinfeksi :
Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi :
ya
Mesin anastesi :
ya
Mulai ;
12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan :
RL
Tampon :
2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam :
13. 45 WIB
Tanda vital :
TD : 110/ 70 mmHg
RR :
20 x/menit
Temp :
37 C
Puls :
73 x/menit
Keadaan umum :
Sedang
Kesadaran :
Apatis
Pernafasan :
Tidak teratur
Sirkulasi :
Merah muda
Tugor kulit :
tidak
Mukosa mulut :
Kering
Extrimitas :
Hangat
Posisi :
Telentang
Cairan draiin :
Tidak
3.
Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a.
Pasien mengatakan nyeri
pada daerah operasi
b.
Pasien mengatakan susah
bernafas melalui hidung
c.
Susah tidur
Data Objektif
a. Ekspresi wajah meringis
b. Jalan nafas tidak efektif
c. Lemah
d. OS sering terbangun
Riwayat penyyakit
kelluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami atau menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami
penyakit keturunan.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi
paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan
dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi
wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
DS :
- Klien mengatakan sulit bernafas melalui
hidung
- Klien
mengatakan sesak nafas
DO :
- Klien terlihat
sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
- Pernafasan
terlihat lambat
- Pasien
terlihat tidak nyaman
- RR : 14 x/m
- TD : 110/70
mmHg
- T : 36
- N : 60 x/m
|
Pembedahan
Anastesi
Pemasangan tampon
Aspirasi
Akumulasi secret
Ketidakefiktifan jalan napas
|
Keidakefektifan
jalan nafas
|
2.
|
DS :
- Klien
mengatakan terasa nyeri pada bagian luka
DO :
- Klien terlihat tidak nyaman, skala nyeri 6
- Klien terlihat
meringis kesakitan
- Ekspresi wajah
meringis
- TD : 110/
70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
P : Pengaruh
hilangnya anastesi
Q : Tajam
R : Hidung
S : 6
T : 5 menit
|
Pembedahan
Terputusnya inkontinuitas jaringan
Hormon BPH meningkat
Merangsang SSp
Sensasi rasa nyeri
|
Nyeri : luka
|
3.
|
DS :
- Klien
mengatakan susah tidur
- Klien
mengatakan sering terbangun
- Klien mengatakan
hidung buntu
- Klien mengeluh
sesak napas saat tidur
DO :
- Klien sering
terbangun
- Nafas pendek
- RR : 14 x/m
- TD : 110/
70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
|
Pembedahan
Pemasangan tampon pada hidung
Hidung buntu
Kualitas tidur terganggu
|
Gangguan rasa
aman dan nyaman istirahat tidur
|
RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
(DS,DO)
|
TUJUAN
(SMART)
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONALISASI
|
NAMA &TT
PERAWAT
|
1.
|
Ketidakefektifan jalan nafas
DS :
-
Klien mengatakan sulit bernafas melalui hidung
-
-
Klien mengatakan sesak nafas
DO :
- Klien terlihat sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
- Pernafasan
terlihat lambat
-
- Pasien terlihat tidak nyaman
- RR : 14 x/m
- TD : 110/70
mmHg
- T : 36
- N
: 60 x/m
|
-
jalan nafas kembali efektif.
-
klien bernapas tidak lagi melalui mulut.
-
Klien merasa aman dan nyaman saat bernafasa atelah POST-OP.
|
1. Kaji penumpukan secret
yang ada
2. Observasi
tanda-tanda vital.
3. Berikan latihan batuk efektif
4. Lakukan tindakan
sunction
5. Berikan terapi oksigen
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk
pembersihan sekret
|
1.
Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan
selanjutnya
2.
Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan
operasi
3.
Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan
secret/masalah
4.
Untuk membuang secret yangmenganggu pernafasan
|
|
2.
|
Nyeri pada luka operasi
DS :
-
Klien mengatakan terasa nyeri pada bagian luka
DO :
-
Klien terlihat
tidak nyaman, skala nyeri 6
-
Klien terlihat meringis kesakitan
- Ekspresi wajah
meringis
- TD : 110/
70 mmHg
-
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
P : Pengaruh
hilangnya anastesi
Q : Tajam
R : Hidung
S : 6
T : 5 menit
|
-
Nyeri berkurang
-
Pasien terlihat aman dan nyaman
|
a.
Kaji tingkat nyeri klien
b.
Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
c.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
d.
Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
e. Kolaborasi dngan tim
medis :
1) Terapi konservatif :
Ć¼obat Acetaminopen;
Aspirin, dekongestan hidung
Ć¼Drainase sinus
2) Pembedahan :
Ć¼ Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris.
Ć¼ Operasi Cadwell Luc
|
a. Mengetahui tingkat nyeri
klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Dengan sebab
dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
c. Klien
mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya
bila mengalami nyeri
d. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
e.Menghilangkan
/mengurangi keluhan nyeri klien
|
|
3.
|
Gangguan rasa
aman dan nyaman istirahat dan tidur
DS :
- Klien mengatakan susah tidur
- Klien
mengatakan sering terbangun
- Klien
mengatakan hidung buntu
-
- Klien mengeluh sesak napas saat tidur
DO :
- Klien sering
terbangun
- Nafas pendek
- RR : 14 x/m
- TD : 110/
70 mmHg
- RR : 14 x/m
- T : 36
- N : 60 x/m
|
-
klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
-
klien tidur sesuai dengan kebutuhan misalkan 6-8 jam/hari
-
nyeri pada hidung berkurang
|
1. kaji kebutuhan tidur
klien.
2.
ciptakan suasana yang nyaman.
3.
Berikan konsep dasar manusia rasa aman dan nyaman
4.
Kolaborasikan dengan tim medis pemberian obat
|
1.
Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur
2.
Agar klien dapat tidur dengan tenang
3.
Obat yang sesuai diberikan
|
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
|
TANGGAL /JAM
|
DIAGNOSA
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
|
RESPON
|
NAMA & TT
|
1.
|
30 April 2013
|
Keidakefektifan jalan nafas
|
1.
Mengkaji tingkat penumpukan secret yang menganggu
2.
Memberikan rasa aman dan nyaman
3.
Mengatur posisi klien
4.
Melakukan pemeriksaan tanda- tanda vital
5.
Mengajarkan nafas dalam dan batuk efektif
6.
Melakukan tindakan sunction
7.
Melakukan terapi oksigen
8.
Kolaborasi dengan tim medis
|
S : klien mengatakan
Tidak sulit bernafas
O : kien terlihat lebih nyaman dalam bernafas
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan no 2 dilanjutkan
E : keadaan pola nafas klien mulai teratur
|
|
2.
|
01 Mei 2013
|
Nyeri : luka
|
1.
Mengkji tingkat nyeri pada klien
2.
Memberikan manajemen nyeri
3.
Melatih nafas dalam
4.
Menjelaskan akibat dan sebab nyeri tersebut
5.
Mengajarkan tekhnik relaksasi
6.
Kolaborasi dengan tim medis
|
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : klien terlihat nyaman dengan skala nyeri 3
A : masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
I : tindakan no 6 dilanjutkan
E : nyeri klien mulai berkurang
|
|
3.
|
02Mei 2013
|
Gangguan rasa
aman dan nyaman istirahat dan tidur
|
1. Mengkaji pola tidur
klien setiap hari
2. Memberikan konsep dasar
manusia rasa aman dan nyaman pada pola istirahat dan tidur
3. Kolaborasi dengan tim
medis saat pemberian obat
|
S : klien mengatakan pola istirahat dan tidur
membaik
O : klien terlihat tenang saat tidur, 6-8
jam/hari
A : maslah teratasi sebagian
P : tindakan no 2 dan 3 dilanjutkan
I : intervensi dilanjutkan
E : pola istirahat dan tidur klien mulai membaik.
|
|
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
|
NO DX
|
HARI/TANGGAL
|
CATATAN PERKEMBANGAN
|
PARAF
|
1.
|
Dx. 1
|
30 Mei 2013
|
S : klien mengatakan pola nafasnya normal
O : klien terlihat bersih dan tidak kesulitan
saat bernafas
-
TD : 140/70 mmHg
-
T : 36
-
N : 80 x/m
-
RR : 16 x/m
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan dilanjutkan
E : masalah teratasi sebagian
|
|
2.
.
|
Dx : 2
|
01 Mei 2013
|
S : klien mengatakan nyeri klien berkurang
O : klien terlihat nyaman dan tenang
-
TD : 140/70 mmHg
-
T : 36
-
N : 80 x/m
-
RR : 16 x/m
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan dilanjutkan
E : keadaan klien mulai membaik
|
|
3.
|
Dx: 3
|
02 Mei 2013
|
S : klien mengatakan pola istirahat dan tidur
teratur
O : klien terlihat nyaman dan tenang saat
istirahat dan tidur
-
TD : 140/70 mmHg
-
T : 36
-
N : 80 x/m
-
RR : 16 x/m
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I : tindakan dihentikan
E : kebutuhan rasa aman dan nyaman terpenuhi
|
|
EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM
|
DIAGNOSA
|
EVALUASI ( SOAPIE)
|
NAMA & TT PERAWAT
|
01 Mei 2013
|
Ketidakefektifan jalan
nafas
|
S : klien mengatakan pola nafasnya normal
O : klien terlihat nyaman dan tenang
-
TD : 140/80 mmHg
-
T : 36
-
N : 80 x/m
-
RR : 17 x/m
A : masalah
teratasi
P :
intervensi dihentikan
I : tindakan
dihentikan
E : pola nafas klien normal dan masalah
teratasi
|
|
02 Mei 2013
|
Nyeri : luka
|
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : klien terlihat nyaman dan tenang
-
TD : 140/80 mmHg
-
T : 36
-
N : 80 x/m
-
RR : 17 x/m
A : masalah
teratasi
P :
intervensi dilanjutkan
I : tindakan
dilanjutkan
E : nyeri
pada luka klien berkurang dan masalah teratasi
|
|
03 Mei 2013
|
Gangguan rasa
aman dan nyaman istirahat dan tidur
|
S : klien mengatakan tidur dengan nyaman
O : klien terlihat tenang saat istirahat dan
tidur
-
TD : 140/80 mmHg
-
T : 36
-
N : 80 x/m
-
RR : 17 x/m
P : intervensi dihentikan
I : tindakan dihentikan
E : masalah teratasi dan kualitas tidur klien
sesuai dengan kebutuhan
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar