Minggu, 19 Mei 2013

Askep sinusitis Ny"I" Diploma III Kep



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “I” DENGAN POST-OPERASI SINUSITIS
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG




Disusun oleh :
Aprianto Guntur Irawan
02.12.009


PROGRAM  STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2012/2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu penyakit pada saluran pernapasan atas adalah penyakit sinusitis. Hal ini disebabkan oleh tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung yang menyebabkan terjadinya sinusitis dan mempunyai proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernapasan atas. Namun jika ostium kedalam saluran nasal bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang mengalami hipertropi, taji, atau polip, maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa akut (Smeltzer, 2001).
Menurut Budisantoso, (2009) sinusitis jika tidak ditangani dengan baik maka akan mengalami komplikasi seperti infeksi pada otak, infeksi bola mata, infeksi tulang disekitar sinus, radang tenggorok yang sering kambuh, radang amandel, radang pita suara, sesak napas, dan gangguan pencernaan. Hal demikian akan berefek pada produktivitas penderita, kecacatan dan juga memerlukan biaya yang besar.
Rinosinusitis atau lebih populer dengan nama sinusitis mempunyai prevalensi yang meningkat di era millenium dan menjadi masalah kesehatan penting di hampir semua negara. Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10 penyakit termahal karena membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.  Sementara dari 30 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat, 16 % diantaranya didapati menderita sinusitis akut bakterial pertahun dan 14,7 % menderita sinusitis kronik. Prevaklensi sinusitis akut di Indonesia cukup tinggi dan cenderung meningkat. Hasil penelitian tahun 1998 dari sub bagian Rinologi Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun 2004, penelitian yang dilakukan bagian THT FKUI-RSCM bekerja sama dengan ilmu kesehatan anak, menjumpai prevalensi sinusitis akut pada penderita infeksi (Supriatno, 2009)


B.     Tujuan Penulisan
  1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi sinusitis melalui proses keperawatan yang komprehensif dalam bentuk karya tulis ilmiah..
  1. Tujuan Khusus
a.      Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan secara konfrehensif pada pasien Ny “I” dengan post operasi sinusitis di Ruang OK Rumah Sakit Muhammadiyah palembang  
c.      Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Ny “I” dengan post operasi sinusitis di Ruang OK Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
d.     Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny “ I”  dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
e.      Dapat mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien Ny “ I”  dengan post operasi sinusitis di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f.      Dapat mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilaksanakan.







C.    Metode Penulisan.
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan metode penulisan deskriptif (studi kasus) yaitu suatu metode penulisan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan masalah yang didapatkan pada saat memberikan perawatan, dilakukan dengan cara :  
1.    Studi kepustakaan : yaitu suatu usaha untuk mencari dan memadukan data, materi, teori dan pendapat-pendapat para ahli yang diperoleh dari buku-buku, majalah, jurnal, diktat dan tulisan yang bersifat ilmiah.
2.    Studi lapangan : yaitu penulis secara langsung mengamati, mempelajari dan memberikan asuhan keperawatan pada klien Post Operasi Sinusitis dengan teknik pengumpulkan data dengan cara :
a.      Wawancara : baik langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari klien, keluarga dan tim kesehatan.
b.     Observasi : pengamatan keadaan dan perkembangan klien selama perawatan yang dilakukan secara subjektif dan objektif.
c.      Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan dari kepala hingga kaki (head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
d.    Dokumentasi : mempelajari data dari hasil dokumentasi medis perawatan, laporan jaga, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang serta hal-hal lain yang didokumentasikan tentang pasien.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.     Definisi
Sinusitis  akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.  Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.
Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :

1.    Sinus Frontal, terletak dibagian tengah dari masing-masing alis
2.    Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung
3.     Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
4.    Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata

Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi didalam sinus menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia mendorong lender ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organism yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap di rongga sinus dan menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi apabila terjadi peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap dirongga sinus dan menadi tempat tumbuhya bekteri.

Sinusitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Ƙ Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu
Ƙ Sinusitas Kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu.

B. Anatomi dan fisiologi



 









Gambar anatomi pada sinus paranasal

Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksila 15-18 tahun.
C.     Patofisiologi 

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.










D. Patoflow




E.     Etiologi (Penyebab)
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).

1.    Penyebab sinusitis akut:
     a.  Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
  b.   Infeksi Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.


      c.   Infeksi jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut, Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur. Peradangan menahun pada saluran hidung. Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada penderita rinitis vasomotor.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

2.         Penyebab sinusitis kronis:
a.    Asma
b.    Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
c.    Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

F.      Manifestasi Klinik
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Ƙ Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.
Ƙ  Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Ƙ  Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Ƙ Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah:
*    - tidak enak badan
*    - demam
*    - letih, lesu
*    - batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
*    - hidung meler atau hidung tersumbat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1.         Rinoskopi anterior :
§  Mukosa merah
§  Mukosa bengkak
§  Mukopus di meatus medius
2.         Rinoskopi postorior
§  Mukopus nasofaring
H. Penatalaksanaan
  1. Drainage
    1. Medical :
      • Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
      • Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg
    2. Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
  2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
    1. Ampisilin 4 x 500 mg
    2. Amoksilin 3 x 500 mg
    3. Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
    4. Diksisiklin 100 mg/hari
  3. Simtomatik
    1. Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
  4. Untuk kronis adalah :
    1. Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
    2. Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
    3. Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.

 Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan pemberian obat.Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat kelainan anatomi.

Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat.Prinsip penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan penanganan terhadap penyebabnya.Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).





B.     Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.         Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b.        Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma.
c.         Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri tenggorokan.
d.        Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit gigi geraham
e.         Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
f.         Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih), interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
g.        Pola fungsi kesehatan
1)      Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
2)      Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3)      Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
4)      Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5)      Pola sensorik : daya penciuman klien  terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).



h.      Pemeriksaan fisik
1)      Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2)      Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah dan  bengkak).

2.      Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder dari peradangan sinus.
b.   Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.
c.   Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
 e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi)

3.      Rencana Keperawatan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder peradangan sinus.
Tujuan                  : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil        : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui mulut.

Intervensi          :
1)        Kaji penumpukkan sekret yang ada.
       Rasional :Mengetahui tingkat keparahan dan       tindakan selanjutnya.
2)   Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya :   Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
3)         Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional :Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4)         Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Rasional :Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.

b.         Nyeri berhubungan dengan peradangan pada luka operasi.
Tujuan                       :    Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil            : Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang, klien tidak menyeringai kesakitan

Intervensi   :
1)     Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2)     Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien  serta keluarganya. Rasional : Dengan mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.
3)     Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
4)      Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
5)      Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Rasional : Dapat mengurangi nyeri.

c.   Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
Tujuan                         : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil               : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi     :
1)  Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.
2)   Auskultasi bunyi usus.
Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3)  Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.


d.  Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
Tujuan                        :  Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil             : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu dan Klien dapat tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi     :
1)      Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
2)      Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang
3)      Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
4)      Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.

e.   Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi).
Tujuan                : Cemas klien berkurang.
Kriteria Hasil    : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya dan klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.






Intervensi                 :
1)      Kaji tingkat kecemasan klien.
       Rasional : menentukan tindakan berikutnya.
2)     Jelaskan atau kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
3)     Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4)      Diskusikan faktor individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.

           










BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Data pasien
Nama                                       : Ny “I”
Umur                                       : 52 tahun
Diagnosa medis                       : Sinusitis
Tindakan                                 : Operasi
Ruang                                      : Ruang bedah
No. Register                            :­ -
Tanggal                                   : 29 april 2013
Pendidikan                              : SMP
Pekerjaan                                 : Tani
Alamat                                                : Jl.H. Faqih usman.Ir.Hijriah RT.041. Rw 008

2.      Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan     : IV ( Infus )
Alergi                                                  : Tidak
Penampilan kulit                                 : Normal
Kondisi emosi                                     : Cemas
 Jenis anastesi                                      : Umum
Jenis operasi                                        : Bersih terkontaminasi
Posisi tangan                                       : Telentang
Catheter                                              : Tidak
Disinfeksi                                            : Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi                                  : ya
Mesin anastesi                                     : ya
Mulai                                                   ; 12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan                                                  : RL
Tampon                                               : 2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam                                    : 13. 45 WIB
Tanda vital                                          : TD     : 110/ 70 mmHg
                                                               RR    : 20 x/menit
                                                              Temp : 37 C
                                                               Puls  : 73 x/menit
Keadaan umum                                   : Sedang
Kesadaran                                           : Apatis
Pernafasan                                           : Tidak teratur
Sirkulasi                                              : Merah muda
Tugor kulit                                          : tidak
Mukosa mulut                                     : Kering
Extrimitas                                            : Hangat
Posisi                                                   : Telentang
Cairan draiin                                       : Tidak

3.      Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a.       Pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi
b.      Pasien mengatakan susah bernafas melalui hidung
c.       Susah tidur

Data  Objektif

a.       Ekspresi wajah meringis
b.      Jalan nafas tidak efektif
c.       Lemah
d.      OS sering terbangun



Riwayat penyyakit kelluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit keturunan.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.   Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
2.   Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3.   Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.


















ANALISA DATA

NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS :
-        Klien mengatakan sulit bernafas melalui hidung
-       Klien mengatakan sesak nafas
DO :
-       Klien terlihat sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
-       Pernafasan terlihat lambat
-       Pasien terlihat tidak nyaman
-       RR : 14 x/m
-       TD : 110/70 mmHg
-       T    : 36
-       N    : 60 x/m
Pembedahan

Anastesi

Pemasangan tampon

Aspirasi

Akumulasi secret

Ketidakefiktifan jalan napas




Keidakefektifan jalan nafas

2.

DS  :
-       Klien mengatakan terasa nyeri pada bagian luka
DO :
-       Klien  terlihat tidak nyaman, skala nyeri 6
-  Klien terlihat meringis kesakitan
-  Ekspresi wajah meringis
-  TD : 110/ 70  mmHg
-  RR : 14 x/m
-  T    : 36
-  N   : 60 x/m
P : Pengaruh hilangnya anastesi
Q : Tajam
R : Hidung
S : 6
T : 5 menit


Pembedahan
Terputusnya inkontinuitas jaringan

Hormon BPH meningkat

Merangsang SSp

Sensasi rasa nyeri









Nyeri : luka
3.
DS :
-       Klien mengatakan susah tidur
-       Klien mengatakan sering terbangun
-       Klien mengatakan hidung buntu
-       Klien mengeluh sesak napas saat tidur
DO :
-       Klien sering terbangun
-       Nafas pendek
-        RR : 14 x/m
-  TD : 110/ 70  mmHg
-  RR : 14 x/m
-  T    : 36
-  N   : 60 x/m


Pembedahan

Pemasangan tampon pada hidung

Hidung buntu

Kualitas tidur terganggu

Gangguan rasa aman dan nyaman istirahat tidur 












RENCANA KEPERAWATAN

No
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
(DS,DO)
TUJUAN
(SMART)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
RASIONALISASI
NAMA &TT
PERAWAT
1.
Ketidakefektifan jalan nafas

DS :
-            Klien mengatakan sulit bernafas melalui hidung
-                                               
-                 Klien mengatakan sesak nafas

DO :
- Klien terlihat sulit bernafas melalui hidung dan bernafas melalui mulut
-   Pernafasan terlihat lambat
-                    - Pasien terlihat tidak nyaman
-       RR : 14 x/m
-       TD : 110/70 mmHg
-       T    : 36
-    N    : 60 x/m
-                 jalan nafas kembali efektif.

-                 klien bernapas tidak lagi melalui mulut.

-                 Klien merasa aman dan nyaman saat bernafasa atelah POST-OP.

1.      Kaji penumpukan secret yang ada
2.      Observasi tanda-tanda vital.
3.      Berikan  latihan batuk efektif
4.      Lakukan tindakan sunction
5.      Berikan terapi oksigen
6.      Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret



1.      Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
2.      Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
3.      Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah
4.      Untuk membuang secret yangmenganggu pernafasan

2.
Nyeri pada luka operasi
DS  :
-       Klien mengatakan terasa nyeri pada bagian luka
DO :
-            Klien  terlihat tidak nyaman, skala nyeri 6
-            Klien terlihat meringis kesakitan
-       Ekspresi wajah meringis
-      TD : 110/ 70  mmHg
-                                  - RR : 14 x/m
-  T    : 36
-  N   : 60 x/m
P : Pengaruh hilangnya anastesi
Q : Tajam
R : Hidung
S : 6
T : 5 menit
-            Nyeri berkurang
-            Pasien terlihat aman dan nyaman

a. Kaji tingkat nyeri klien
b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
d. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
e. Kolaborasi dngan tim medis :
1) Terapi konservatif :
Ć¼obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
Ć¼Drainase sinus
2) Pembedahan :
Ć¼  Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris.
Ć¼  Operasi Cadwell Luc
a. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
c. Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
d. Mengetahui keadaan   umum dan perkembangan kondisi klien.
e.Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

3.       
Gangguan rasa aman dan nyaman istirahat dan tidur
DS :
- Klien mengatakan susah tidur
-  Klien mengatakan sering terbangun
-       Klien mengatakan hidung buntu
-                              - Klien mengeluh sesak napas saat tidur
DO :
-  Klien sering terbangun
-  Nafas pendek
-  RR : 14 x/m
-  TD : 110/ 70  mmHg
-       RR : 14 x/m
-       T    : 36
-       N   : 60 x/m
-            klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman


-            klien tidur sesuai dengan kebutuhan misalkan  6-8 jam/hari

-            nyeri pada hidung berkurang


1.      kaji kebutuhan tidur klien.

2.      ciptakan suasana yang nyaman.

3.      Berikan konsep dasar manusia rasa aman dan nyaman

4.      Kolaborasikan dengan tim medis pemberian obat



1.      Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2.      Agar klien dapat tidur dengan tenang
3.      Obat yang sesuai diberikan


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO
TANGGAL /JAM
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
RESPON
NAMA & TT
1.
30 April 2013
Keidakefektifan jalan nafas
1.      Mengkaji tingkat penumpukan secret yang menganggu
2.      Memberikan rasa aman dan nyaman
3.      Mengatur posisi klien
4.      Melakukan pemeriksaan tanda- tanda vital
5.      Mengajarkan nafas dalam dan batuk efektif
6.      Melakukan tindakan sunction
7.      Melakukan terapi oksigen
8.      Kolaborasi  dengan tim medis

S : klien mengatakan
Tidak sulit bernafas

O : kien terlihat lebih nyaman dalam bernafas

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

I : tindakan no 2 dilanjutkan

E : keadaan pola nafas klien mulai teratur

2.       
01 Mei 2013
Nyeri : luka
1.      Mengkji tingkat nyeri pada klien
2.      Memberikan manajemen nyeri
3.      Melatih nafas dalam
4.      Menjelaskan akibat dan sebab nyeri tersebut
5.      Mengajarkan tekhnik relaksasi
6.      Kolaborasi dengan tim medis
S : klien mengatakan nyeri berkurang

O : klien terlihat nyaman dengan skala nyeri  3

A : masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan


I : tindakan no 6 dilanjutkan

E : nyeri klien mulai berkurang

3.
02Mei 2013
Gangguan rasa aman dan nyaman istirahat dan tidur

1.      Mengkaji pola tidur klien setiap hari
2.      Memberikan konsep dasar manusia rasa aman dan nyaman pada pola istirahat dan tidur
3.      Kolaborasi dengan tim medis saat pemberian obat
S : klien mengatakan pola istirahat dan tidur membaik

O : klien terlihat tenang saat tidur, 6-8 jam/hari

A : maslah teratasi sebagian

P : tindakan no 2 dan 3 dilanjutkan

I : intervensi dilanjutkan

E : pola istirahat dan tidur klien mulai membaik.

















CATATAN PERKEMBANGAN

NO
NO DX
HARI/TANGGAL
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
1.
Dx. 1
30 Mei 2013
S : klien mengatakan pola nafasnya normal

O : klien terlihat bersih dan tidak kesulitan saat bernafas
-            TD : 140/70 mmHg
-            T : 36
-            N : 80 x/m
-            RR : 16 x/m
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi  dilanjutkan
I : tindakan dilanjutkan
E : masalah teratasi sebagian



2.
.




Dx : 2

01 Mei 2013

S : klien mengatakan nyeri klien berkurang
O : klien terlihat nyaman dan tenang
-            TD : 140/70 mmHg
-            T : 36
-            N : 80 x/m
-            RR : 16 x/m
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan dilanjutkan
E : keadaan klien mulai membaik


3.
Dx: 3
02 Mei 2013
S : klien mengatakan pola istirahat dan tidur teratur
O : klien terlihat nyaman dan tenang saat istirahat dan tidur
-            TD : 140/70 mmHg
-            T : 36

-            N : 80 x/m
-            RR : 16 x/m
A : masalah teratasi  
P : intervensi dihentikan
I : tindakan dihentikan
E : kebutuhan rasa aman dan nyaman terpenuhi














EVALUASI KEPERAWATAN

TANGGAL/JAM
DIAGNOSA
EVALUASI ( SOAPIE)
NAMA & TT PERAWAT
01 Mei 2013
Ketidakefektifan jalan nafas
S : klien mengatakan pola nafasnya normal
O : klien terlihat nyaman dan tenang
-          TD : 140/80 mmHg
-          T : 36
-          N : 80 x/m
-          RR : 17 x/m
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I : tindakan dihentikan
E :  pola nafas klien normal dan masalah teratasi

02 Mei 2013
Nyeri : luka
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : klien terlihat nyaman dan tenang
-          TD : 140/80 mmHg
-          T : 36
-          N : 80 x/m
-          RR : 17 x/m
A : masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan dilanjutkan
E : nyeri pada luka klien berkurang dan masalah teratasi



03 Mei 2013
Gangguan rasa aman dan nyaman istirahat dan tidur
S : klien mengatakan tidur dengan nyaman
O : klien terlihat tenang saat istirahat dan tidur
-                      TD : 140/80 mmHg
-                      T : 36
-                      N : 80 x/m
-                      RR : 17 x/m
P : intervensi dihentikan
I : tindakan dihentikan
E : masalah teratasi dan kualitas tidur klien sesuai dengan kebutuhan




Tidak ada komentar: